Recent Posts

5.12.2009

Regenerasi

Pria necis itu terus gelisah
Kembali ia menengok jam
Hal yang sudah ratusan kali dilakukannya
Berulang, lagi, lagi
Seperti tak ada hal lain untuk ditengok

Pria necis itu masih gelisah
Pakaiannya amat rapih
Begitu terpandang di mata orang
Amboi dilihat
Sampai tak ada yang berani mengajaknya bercengkerama
Mungkin takut mengotori setelannya

Pria necis itu semakin gelisah
Ia tampan, tapi berkeringat
Entah gugup, entah takut
Atau cuma kepanasan?
Yang jelas ia terus melihat jam mahalnya
Tanpa peduli bus telah datang dan pergi
Apa yang ditunggu?
Apa yang dicari?

Pria itu telah kehilangan kenecisannya
Jamnya habis
Ia lepaskan jam itu
Ia lepaskan setelan rapih itu
Ia lepaskan sepatu mahal itu
Kini, cuma dengan beroblong dan sendal jepit
Naik ia ke bis kota
Berdesak-desakan dengan yang lain
Tak lagi peduli dengan strata orang
Ia sudah tak lagi necis

Datang seorang pria kumuh ke halte
Dipakainya setelan yang dibuang tadi
Tak lupa jam dan sepatu mahalnya
Dan orang cuma bisa menonton

Pria necis itu kini menunggu di halte, sambil sesekali menengok jamnya.



0 orang berkoar:

Post a Comment