Recent Posts

3.17.2009

Paradigma

Sepintas kulewati taman kaktus, sembari berpikir, 'Mungkin yang tadi kulakukan itu salah'. Karena terlalu sibuk berpikir, tungkaiku yang sedang memakai celana pendek belel ini, tertusuk duri kaktus. Tak terlalu sakit, jadi cuma kuusap saja.

Tanpa peduli dengan luka tadi, kuteruskan perjalananku mengelilingi taman ini. Aromanya memang segar. Ketenanganku terusik, mendengar gonggongan anjing di luar pagar sana. Koordinat posisi anjing itu memang jauh, tapi ia menyalak begitu keras di telingaku. Atau cuma di telingaku saja?

Kalau aku kejam, mungkin sudah kutimpuk pohon kaktus.

Tapi anjing itu cuma kudiamkan, aku bertindak layaknya kafilah. Pura-pura tak tahu ada anjing menggonggong padaku. Paling nanti capek sendiri.

Lalu dari arah depan, muncul seorang ibu-ibu, dengan selendang merah, penampilannya tak biasa. Ia menawarkan tiga buah kue buatannya. Aku tak kenal siapa dia, namun sudah langsung memberi kue? Akalku menerawang, menimbulkan fantasi negatif bahwa kue ini beracun, atau sudah basi. Dengan senyum terpaksa, kuambil kue itu dan berujar bahwa aku akan memakannya di rumah, bersama adik-adikku, mereka akan sangat menyukainya, terima kasih. Ibu-ibu aneh itu berlalu, perlahan menghilang dimangsa kabut. Tinggallah aku, sendiri lagi disini, sambil berpikir mau dibuang kemana kue ini.

Kurasa sudah cukup jalan-jalanku di taman hari ini. Dan aku sudah tak akan bisa berjalan-jalan lagi disini.

Tiba-tiba aku merasa aneh. Sekujur tubuhku terasa lunglai dan panas, untuk berdiri pun sulit rasanya. Tungkaiku terasa gatal, sangat gatal, tak seperti habis digigit nyamuk perkampungan. Gejolak ini begitu menyiksa, dan aku cuma bisa berkoar mengaduh. Kulihat tungkaiku, bekas tertusuk duri tadi terlihat membengkak biru.

Terasa dadaku kesulitan menggapai oksigen. Mataku mulai terpejam, perlahan dan perlahan, hingga akhirnya semua jadi gelap. Dan aku cuma bisa mengingat, betapa bodoh dan cerobohnya diriku, mau saja ditusuk duri. Sadar ku pun melayang, meninggalkan tubuh renta ini.


0 orang berkoar:

Post a Comment